23 Mei 2010

Bercelana-dalamkan Hand Phone

hujan gemericik. saya sedang dimana sekarang? oh iya, sedang di kostan, sedang mengerjakan tugas maket padepokan.

tapi kenapa saya bisa menulis blog? mungkin karena saya malas mengerjakan maket. atau mungkin karena beberapa jam yang lalu saya teringat teman SMA saya.

padahal beberapa jam yang lalu itu kan saya sedang makan es krim, berduaan dengan pacar saya. apa mungkin karena pacar saya berbicara soal masa-masa razia di sekolah dulu? yang sebenarnya sangat seru untuk diperbincangkan sambil makan es krim. maka coba lah kalian coba sekali-sekali melakukan hal yang serupa. dan harus dengan es krim, tolong jangan sandal yang kalian jadikan bahan cemilan. karena sandal itu buat diinjak. semoga kalian sudah bisa membedakan antara es krim dan sandal. sehingga bisa di tiru apa yang saya dan pacar saya lakukan.

soal razia itu saya jadi ingat teman saya, tidak jauh dari semua kebodohan yang pernah dia buat. ya agung darmawan sabdo wibisono (pelaku ada di sebelah). pelaku kejahatan nomor satu dalam hidup saya, tapi sering membuat saya tertawa juga. seperti ini tertawanya, hahaha. atau bisa juga hehe (biasanya digunakan saat beliau sedang garing).

waktu itu kita kelas tiga, dan punya dua adek kelas, walopun kurang lebih ada 720 adek kelas. tapi biar mudah kita ringkas berdasarkan angkata. jadi ada dua angkatan di bawah kita.

razia mendadak itu biasa kan? dan kita sebagai siswa yang sering mengalami razia dadakan itu jadi punya banyak akal untuk mengelabui guru-guru. yaa salah satu jalan iyalah menitipkan hand phone kita pada ibu kantin yang subhanallah baiknya luar biasa.

saya dan agung senyam senyum dalam perjalanan dari kantin menuju kelas, seolah sudah siap untuk di razia. hand phone aman, pakaian rapih, rambut pendek. sampai di atas, setelah menaiki beberapa anak tangga, ada adek kelas, cewe, mengagetkan kita, menyodorkan hand phone nya dengan paksa ke agung sambil bilang "kak titip ya, kelas saya lagi ada razia". beliau langsung ngibrit ke kelas dan selamat sampai disana.

agung bingung, saya ketawa kecil melihat ekspresi agung yang panik sendiri, kali ini saya ketawa kecil, begini bunyinya hihihi..

agung balik ke kelas, sama saya juga. hand phonenya? dia masukan ke dalam celana dalam yang paling dalam, berhimpitan dengan, "adiknya". sampe bel istirahat bunyi ternyata tidak ada razia yang datang ke kelas saya. saya lihat itu agung ngobok-ngobok celananya mencari hand phone adek kelas yang sepertinya sedikit tersangkut di bagian yang paling ruwet pada kemaluan.

akhirnya dia dapat, dia senang dan bodohnya dia cium itu hand phone, dengan bangga pun dia tunjukan pada orang-orang sekelas, "hahaha hand phonenya bau k*nt*l".

hahahaha kali ini saya ketawa tulus dari lubuk hati yang paling dalam. dia tanya parfum sama teman-teman cewenya, semua parfum dia semprotkan ke hand phone itu. sampai bau nya hilang, mungkin lebih tepat mau hilang.

adek kelas akhirnya ingat juga dengan hand phonenya, dan minta di balikin oleh agung, dia senyum, agung yang senyum, saya juga senyum, adek kelas bingung, tapi tetep bilang terima kasih dan senyum. karena mungkin takut kita ajak kenalan dia pun sirna dan tak ada kabar lagi.

sampai kita lulus, dia masih belum tau kejadian sesungguhnya yang di alami oleh hand phonenya itu. hanya satu yang sering saya bayangkan sampai sekarang, ketika dia, adek kelas saya itu, sedang telepon dan menggesekan hand phonenya ke telinga. dan semoga saja bukan ke hidung, karena kamu, aku, dan dia sama-sama tau.

bahwa sebenarnya hidung itu tidak bisa buat mendengar.