
akhir-akhir ini saya jadi sering menertawakan ayah saya sendiri. dia itu kenapa suka melucu yaa?? padahal saya tau dia tidak berniat untuk itu. sebenarnya dia itu hanya melakukan hal biasa layaknya manusia biasa. makan, tidur, kerja, solat. tapi tingkah lakunya, subhanallah membuat saya dan kakak saya jadi ingin tertawa terus. sebelumnya saya minta maaf kepadamu yah.
ayah? ahh biasanya juga manggil bapak.
sebelumnya saya minta maaf kepadamu pak!!
waktu itu memang sedang ada pengajian di rumah saya. biasalah pengajian ibu-ibu tiap malem jumat. pengajian yang menurut saya lebih tepat dinamakan acara tertawa bersama, makan bersama, dan gosip bersama. karena sebetulnya pengajiannya hanyaa beberapa menit. setelah itu biasanya mereka akan makan makanan yang telah disuguhi sambil mendengarkan si ustad ceramah. sambil tertawa dengan suara terbahak-bahak ketika si ustad melucu. yang saya tau hal itu tidak lah lucu. tapi mereka tetap tertawa. ada pula yang tidak ikut mendengarkan, dan membuat group sendiri sambil membicarakan orang lain yang sedang bermasalah. apa itu kita sebut? yaa namanya bergosip.
iyaa mau bagaimana lagi. akhirnya saya, kakak saya, dan bapak terpaksa mengungsi ke atas. ke atas rumah. rumah kami kan ada dua lantai, jadi ke lantai dua maksutnya, bukan ke atas rumah yang berarti atap. biasalah, kakak saya bermain PS, saya ketika itu sedang mandi karena baru pulang dari tempat les, dan bapak saya sendiri sudah tidur. dia tidur sebelum melaksanakan solat isya-nya.
pengajian selesai, dan mama saya seperti biasa berkoar kembali. memaksa saya dan seluruh staf di rumah untuk turut membantunya merapihkan karpet-karpet ini serta mengembalikan posisi sofa dan meja makan kembali seperti semula. berbedalah dengan bapak saya, dia lebih memilih solat dulu ketika mama meminta kepadanya untuk membantu. katanya "wah solat dulu lah, solat itu harus di utamakan". begitu kurang lebih, saya sendiri juga lupa kata-kata yang lebih tepatnya.
yaa sudah, kami membereskan itu rumah tanpa bapak saya. karpet-karpet sedang dibereskan, sofa-sofa sedang dikembalikan ke posisi semula. saya mengingintip itu bapak saya sedang berdzikir. berdzikir kian lamanya. lama sekali sehingga kami telah selesai membereskan rumah. dia selesai dan membuka sarungnya, kami selesai dengan keringat dimana-mana. bapak melihat ke arah kami, dan melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar menandakan kemenangannya.
iyaa, itu saya, dan mungkin seluruh staf keluarga merasa dibodohi. dibodohi karena selama ini bapak sengaja tidur disaat pengajian, dan solat disaat beres-beres itu semua adalah taktiknya. sungguh berbeda sekali orang yang telah berumur 50 tahun itu. pikirannya lebih cerdas dari kami. atau lebih licik saya juga kurang tau.
kemarin itu juga. saya menertawakan bapak saya lagi. kali ini kami sekeluarga sedang menginap. menginap di salah satu penginapan yang tidak mahal tapi lumayan nyaman. itu sore saya sedang menggelar sajadah untuk solat ashar. samapai ketika bapak bilang, "solat sana di mushola, disini kan sempit". memang kamarnya itu cukup sempit, dan jarak mushola sangat dekat. yaa sedekat kamar kami dengan mushola lah. itu kira-kita hanya selisih satu kamar.
sebagai anak yang (mungkin) patuh. saya segera solat kesana, ke mushola itu, tempat yang sepi, membuat saya ingin cepat-cepat menyelesaikan solat saya.
magrib pun tiba, saya masih berbincang-bincang dengan mama di kamar. bapak pergi untuk menunaikan solatnya. di mushola yang ia banggakan itu. ketika pulang sungguh mengagetkan!! dia membuka sambil sewot,"wes, sandalku di embat wong!!". yang itu artinya "sandalku di ambil orang". saya tertawa, mama saya juga. barulah pas solat isya dia tidak mau ke mushola kebanggaannya lagi. memilih disini, dikamar sempit ini. daripada kehilangan sandal lagi. untung sajja sandal hotel. yang mungkin sajja akan tetap hilang di ambil mama ketika nanti pulang ke rumah. betulkan ma??